Mbah Moedjair, Sang “Pencipta” Ikan Mujair yang Terlupakan

Mbah Moedjair adalah sosok asal Kabupaten Blitar, Jawa Timur, yang dikenal sebagai orang pertama yang berhasil mengembangkan ikan mujair (tilapia) dari perairan laut menjadi ikan budidaya air tawar di Indonesia. Meski jasanya besar bagi sektor perikanan, namanya kurang dikenal secara luas di masyarakat.

Baca Juga: Nova Arianto Naik Kelas Latih Timnas Indonesia U-20

Awal Penemuan dan Proses Eksperimen

Semua bermula ketika Mbah Moedjair, yang saat itu bekerja sebagai jogoboyo (pengatur irigasi) di Desa Papungan, Kecamatan Kanigoro, melakukan perjalanan ke Pantai Serang pada 25 Maret 1936. Di sana ia menemukan segerombolan ikan yang kemudian dibawa pulang untuk dicoba hidup di kolam air tawar. Usaha ini tidak mudah: butuh sembilan hingga sepuluh kali percobaan hingga akhirnya ia berhasil membuat spesies tersebut bertahan dan berkembang biak.
Eksperimen ini mencakup pencampuran air laut dan air tawar secara bertahap agar ikan bisa adaptasi dengan lingkungan baru.

Sumbangsih terhadap Budidaya Ikan di Indonesia

Keberhasilan Mbah Moedjair mengubah sumber ikan laut menjadi ikan budidaya air tawar memberikan dampak besar. Ikan mujair kemudian menyebar ke seluruh Indonesia bahkan lintas benua, menjadi salah satu ikan konsumsi penting. Hasil budidaya ini membantu masyarakat petani dan pembudi daya dalam memperoleh sumber protein yang terjangkau dan mudah dikembangkan.

Alasan Namanya Kurang Terekam

Meski jasanya besar, Mbah Moedjair tetap kurang dikenal luas karena faktor berikut:

  • Fokusnya pada pekerjaan praktis budidaya, bukan promosi pribadi
  • Dokumentasi historis yang terbatas, terutama dari era kolonial hingga awal kemerdekaan
  • Nama ikan “mujair” sendiri menjadi lebih populer dibanding nama penciptanya, sehingga identitas perintis ini ‘terlupakan’.

Pelestarian dan Penghargaan

Meskipun demikian, beberapa penghargaan sudah diberikan kepadanya—baik dari pemerintah masa lalu maupun komunitas perikanan—sebagai pengakuan atas jasa inovatifnya. Upacara haul dan peringatan di Kabupaten Blitar turut menjadi cara lokal untuk mengenang perjuangannya. Namun, upaya untuk menjadikan namanya lebih dikenal secara nasional masih diperlukan agar Mbah Moedjair mendapat tempat yang layak dalam sejarah inovasi perikanan Indonesia.

Kesimpulan

Sosok Mbah Moedjair bukan sekadar nama dalam catatan sejarah—ia adalah simbol ketekunan, eksperimen, dan kemajuan praktis yang berdampak pada kehidupan banyak orang. Keberhasilan budidaya ikan mujair dari laut ke rawa-air tawar adalah warisan yang patut dihargai. Namun, kenyataannya namanya masih banyak terlupakan. Semoga melalui cerita ini, kita mengingat bahwa di balik setiap kemajuan ada sosok yang pantang menyerah di balik layar.