Awal Mula Seni Tato di Jepang
Sejarah Hingga Betapa Nyentriknya Perjalanan Seni Tato di Jepang bermula ribuan tahun lalu. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa tato telah ada sejak zaman Jomon (10.000–300 SM). Pada masa itu, tato digunakan sebagai penanda spiritual atau perlindungan dari roh jahat. Dalam catatan sejarah Tiongkok kuno, disebutkan bahwa orang Jepang menato tubuh mereka sebagai bentuk identitas suku.
Namun, pada era berikutnya, tato mulai berubah fungsi. Selama periode Edo (1603–1868), tato tidak lagi sekadar simbol spiritual, tetapi berkembang menjadi bentuk seni tubuh yang sangat detail dan estetis, dikenal dengan sebutan irezumi.
Baca Juga: Manuel Neuer Samai Rekor Kemenangan Bundesliga Thomas Müller
Tato sebagai Simbol Kejahatan
Meski indah secara artistik, tato di Jepang sempat memiliki citra negatif. Pada masa pemerintahan Tokugawa, tato digunakan untuk menandai para penjahat. Setiap kejahatan memiliki simbol tersendiri yang ditorehkan di tubuh pelaku. Praktik ini membuat tato identik dengan aib dan kejahatan.
Setelah sistem hukuman itu dihapus, tato tetap dicap buruk di masyarakat Jepang. Terlebih lagi, organisasi kriminal seperti yakuza menjadikan tato sebagai lambang keberanian dan loyalitas, sehingga memperkuat stigma negatif terhadap seni ini.
Irezumi Sebagai Karya Seni
Meskipun sempat dilarang, keindahan dan keunikan irezumi tak bisa dipungkiri. Seniman tato Jepang mengembangkan teknik luar biasa dengan alat tradisional tebori—tusukan manual yang memerlukan ketelitian dan waktu lama. Motifnya sering kali menggambarkan kisah klasik, legenda samurai, atau simbol-simbol spiritual seperti naga, koi, dan dewa pelindung.
Dalam perkembangannya, tato Jepang dikenal di seluruh dunia sebagai salah satu gaya paling kompleks dan penuh makna. Seniman dari berbagai negara banyak yang terinspirasi oleh detail dan filosofi di balik irezumi.
Perubahan Pandangan Modern
Memasuki abad ke-20 hingga kini, persepsi terhadap tato di Jepang mulai bergeser. Generasi muda dan para seniman menganggap tato sebagai ekspresi seni dan identitas pribadi, bukan sekadar simbol pemberontakan. Beberapa museum dan pameran bahkan mulai menampilkan karya irezumi sebagai bagian dari warisan budaya Jepang.
Namun, stigma sosial masih ada. Banyak tempat umum seperti pemandian (onsen) dan gym di Jepang yang masih melarang pengunjung bertato. Meski begitu, semakin banyak orang Jepang yang menerima tato sebagai bagian dari kebebasan berekspresi.
Kesimpulan
Sejarah Hingga Betapa Nyentriknya Perjalanan Seni Tato di Jepang mencerminkan perubahan budaya yang kompleks—dari simbol spiritual, tanda kriminal, hingga karya seni bernilai tinggi. Kini, tato tidak lagi sekadar ukiran di kulit, melainkan bagian dari warisan budaya dan ekspresi identitas masyarakat Jepang yang terus berevolusi.
