Latar Belakang Krisis 1998

Sejarah 12 Mei 1998 Tragedi Trisakti tercatat sebagai salah satu peristiwa paling kelam dalam perjalanan bangsa Indonesia. Pada hari itu, aksi damai mahasiswa Universitas Trisakti berakhir dengan penembakan aparat yang menewaskan empat mahasiswa. Tragedi ini kemudian menjadi titik balik Reformasi 1998, ketika rakyat menuntut perubahan besar terhadap rezim Orde Baru yang sudah berkuasa lebih dari tiga dekade.

Di tengah keresahan, mahasiswa dari berbagai kampus turun ke jalan menyuarakan reformasi. Tuntutan utama adalah penghapusan korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta desakan agar Soeharto segera lengser dari jabatan presiden.

Awal Aksi Mahasiswa Trisakti

Pada 12 Mei 1998, ribuan mahasiswa Universitas Trisakti Jakarta menggelar aksi damai di dalam kampus. Mereka menyerukan perubahan politik secara konstitusional dan menolak kekerasan. Para mahasiswa berencana melakukan long march, namun dicegah aparat keamanan.

Situasi yang awalnya kondusif berubah tegang setelah aparat menutup akses keluar kampus. Meski mahasiswa hanya ingin menyuarakan aspirasi, aparat menanggapi dengan tembakan peringatan dan gas air mata. Bentrokan pun tak terhindarkan.

Tragedi Penembakan

Menjelang sore hari, ketegangan mencapai puncaknya. Aparat keamanan melepaskan tembakan peluru tajam ke arah mahasiswa. Empat mahasiswa Trisakti gugur dalam peristiwa tersebut: Elang Mulia Lesmana, Hafidin Royan, Hendriawan Sie, dan Heri Hertanto.

Kematian mereka mengguncang seluruh Indonesia. Media massa memberitakan secara luas tragedi ini, menampilkan potret nyata kekerasan negara terhadap anak bangsa yang hanya menuntut perubahan.

Dampak Nasional

Tragedi 12 Mei 1998 memicu gelombang demonstrasi yang lebih besar di berbagai daerah. Ribuan mahasiswa dan rakyat turun ke jalan, menuntut pertanggungjawaban pemerintah.

Hanya berselang beberapa hari, kerusuhan besar pecah di Jakarta pada 13–15 Mei 1998. Aksi massa meluas menjadi kerusuhan sosial yang menelan banyak korban jiwa serta kerugian material. Situasi semakin tidak terkendali, hingga akhirnya Presiden Soeharto menyatakan pengunduran diri pada 21 Mei 1998.

Dengan demikian, Tragedi Trisakti menjadi salah satu katalis penting yang mempercepat runtuhnya Orde Baru dan membuka era Reformasi.

Peringatan dan Warisan Trisakti

Hingga kini, setiap tanggal 12 Mei, masyarakat dan mahasiswa memperingati tragedi Trisakti sebagai simbol perjuangan demokrasi. Keempat mahasiswa yang gugur disebut sebagai Pahlawan Reformasi, karena pengorbanan mereka menjadi titik balik sejarah bangsa.

Namun, hingga lebih dari dua dekade berlalu, kasus pelanggaran HAM dalam tragedi ini belum menemukan titik terang. Tuntutan keadilan bagi keluarga korban dan masyarakat masih terus disuarakan.

Refleksi Perjuangan Mahasiswa

Sejarah 12 Mei 1998 mengajarkan bahwa suara mahasiswa dan rakyat memiliki kekuatan besar dalam mengubah arah bangsa. Tragedi ini menjadi pengingat penting bahwa demokrasi harus dijaga agar tidak kembali dikebiri oleh kekuasaan yang otoriter.

Semangat perjuangan mahasiswa Trisakti menjadi inspirasi generasi muda untuk terus kritis, peduli terhadap bangsa, dan menolak segala bentuk penindasan.

Baca Juga: HR Randy Bantu Mariners Mendekat ke Astros di MLB