Latar Belakang Pembantaian Dukun Santet
Pembantaian dukun santet pada 1998-1999 di Banyuwangi menjadi salah satu tragedi kelam dalam sejarah Indonesia. Peristiwa ini terjadi di tengah transisi politik pasca jatuhnya Orde Baru, ketika situasi sosial masyarakat masih penuh ketegangan. Tuduhan sebagai dukun santet membuat banyak orang menjadi korban salah sasaran, bahkan sebagian besar di antaranya hanyalah orang tua biasa yang tidak terkait dengan praktik ilmu hitam.
Baca Juga: Persib Lega Segrup Klub-klub ASEAN di ACL
Awal Mula Konflik
Isu mengenai praktik santet merebak luas di masyarakat Banyuwangi pada saat itu. Masyarakat yang diliputi rasa takut dan terprovokasi rumor akhirnya mengambil tindakan sendiri. Pembantaian dukun santet dimulai dengan penyerangan terhadap orang-orang yang dituduh memiliki ilmu hitam. Situasi yang semula hanya isu berkembang menjadi kekerasan massal yang sulit dikendalikan.
Korban Salah Sasaran
Dalam peristiwa ini, banyak korban yang sebenarnya tidak bersalah. Mereka kerap adalah tokoh masyarakat, sesepuh desa, atau orang yang hanya dianggap berbeda. Pembantaian dukun santet pun berubah menjadi perburuan yang mengerikan. Ratusan orang dilaporkan tewas, sementara ribuan lainnya hidup dalam ketakutan dan stigma.
Faktor Sosial dan Politik
Sejarawan menyebut bahwa tragedi ini tidak bisa dilepaskan dari kondisi sosial politik saat itu. Krisis ekonomi, ketidakstabilan pemerintahan, dan lemahnya aparat keamanan membuat situasi semakin parah. Sebagian kalangan menduga ada pihak yang memanfaatkan isu santet untuk kepentingan politik, dengan menjadikan masyarakat sebagai korban provokasi.
Dampak terhadap Masyarakat
Tragedi ini meninggalkan trauma mendalam bagi masyarakat Banyuwangi. Banyak keluarga kehilangan anggota tanpa kejelasan, sementara stigma terhadap dukun santet masih membekas hingga kini. Pemerintah pada akhirnya melakukan investigasi, namun banyak kasus yang tidak terselesaikan.
Kesimpulan
Pembantaian dukun santet 1998-1999 di Banyuwangi menjadi catatan hitam dalam perjalanan sejarah Indonesia. Tragedi ini menunjukkan bagaimana isu kepercayaan, ketika bercampur dengan kondisi sosial politik yang rapuh, dapat berubah menjadi kekerasan massal. Belajar dari peristiwa tersebut, penting bagi masyarakat untuk menjaga rasionalitas, solidaritas, dan menolak provokasi demi mencegah tragedi serupa di masa depan.
